Jabalia, Gaza – Palestina | 23–25 September 2025
Di tengah blokade ketat dan krisis pangan yang kian parah di Jalur Gaza, Bantu Teman Palestina bersama Cahaya Peduli Islam (CPI) kembali mengirimkan tanda cinta dari Indonesia.
Melalui program Food Aid for Gaza, dana yang telah disalurkan oleh para donatur dikonversi menjadi roti dan susu formula bagi keluarga di Jabalia, Gaza Utara — wilayah yang kini menjadi salah satu titik paling kritis akibat kelangkaan bahan pangan.
Program ini dijalankan secara langsung oleh Hands Foundation sebagai mitra pelaksana di lapangan, yang sejak awal agresi telah bekerja tanpa henti memastikan setiap bantuan benar-benar sampai ke tangan warga Gaza yang membutuhkan.
Dana yang Ditransfer, Roti yang Dihidupkan
Seluruh bantuan disalurkan dalam bentuk dana tunai yang ditransfer langsung ke Hands Foundation di Gaza.
Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli tepung dan susu kaleng yang masih tersisa di toko-toko lokal — langkah yang penting untuk menjaga sirkulasi ekonomi agar tetap hidup di tengah blokade.
Setelah bahan berhasil diperoleh, tim Hands Foundation memproduksi roti secara mandiri melalui mitra roti lokal di Gaza. Roti yang telah matang kemudian dibagikan bersama susu kaleng kepada sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) penerima manfaat di Jabalia.
Langkah ini memastikan bantuan tidak hanya sekadar memberi makan, tetapi juga menghidupkan roda ekonomi warga Gaza sendiri.

1. Roti: Dari Tepung yang Tersisa, Menjadi Harapan yang Baru
Roti menjadi simbol keteguhan warga Gaza. Dari tepung yang nyaris habis di pasar, relawan Gaza mengubahnya menjadi sumber kehidupan bagi ratusan keluarga.
Harga roti kini melambung tinggi:
-
Gaza Utara: 7 ILS (~Rp31.500 / $1.89)
-
Gaza Selatan: 5–6 ILS (~Rp22.500–27.000 / $1.35–1.62)**
Padahal sebelum perang, harga roti serupa hanya 1–2 ILS (~Rp4.500–9.000 / $0.27–0.54).
Kenaikan harga hingga tujuh kali lipat ini membuat banyak keluarga tak lagi mampu membeli makanan pokok mereka sendiri.

Roti yang dibagikan melalui program ini menjadi sumber energi sekaligus simbol harapan — bahwa di tengah keterbatasan, masih ada tangan-tangan yang peduli.
2. Susu Formula: Penjaga Harapan Anak Gaza
Selain roti, bantuan juga diberikan dalam bentuk susu formula untuk bayi dan balita, yang kini mengalami krisis gizi berat akibat kelangkaan pangan.
Harga susu formula di Gaza kini tak masuk akal:
-
Gaza Utara: 150–200 ILS (~Rp675.000–900.000 / $40–54)
-
Gaza Selatan: 100–150 ILS (~Rp450.000–675.000 / $27–40)**
Padahal sebelum perang, harga per kaleng hanya 20–30 ILS (~Rp90.000–135.000 / $5.40–8.10).
Kenaikan hingga sepuluh kali lipat ini membuat ribuan bayi Gaza terancam malnutrisi berat.

Susu yang disalurkan melalui program ini adalah napas kehidupan kecil bagi mereka yang bahkan belum sempat mengenal dunia tanpa perang.
Bantuan yang Terkelola, Ekonomi yang Tetap Berputar
Penting untuk dipahami bahwa barang yang masih tersisa di Gaza tidak bisa langsung dibagikan secara gratis kepada semua warga.
Hal itu justru dapat menghentikan aktivitas ekonomi lokal dan membuat masyarakat sepenuhnya bergantung pada bantuan luar.
Maka dari itu, setiap bantuan diatur agar tepat sasaran dan tetap menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat Gaza, tanpa mematikan usaha kecil yang masih bertahan di tengah kehancuran.

Dari Indonesia untuk Gaza
Terima kasih kepada seluruh donatur dan sahabat kebaikan yang telah menitipkan bantuannya melalui Bantu Teman Palestina dan Cahaya Peduli Islam (CPI).
Dana yang kalian titipkan telah berubah menjadi roti hangat di tangan seorang ibu Gaza, dan susu formula bagi bayi yang kembali tersenyum setelah berhari-hari menahan lapar.
Perjuangan Belum Usai
Walau roti dan susu ini telah sampai, bencana kemanusiaan di Gaza belum berakhir.
Blokade masih menutup pintu, dan serangan masih terus berlangsung. Namun dari setiap langkah kecil seperti ini, dunia akan semakin tahu — bahwa kita tidak diam.
💚 Mari lanjutkan perjuangan ini bersama.
Klik tombol di bawah dan DONASI SEKARANG, agar setiap rupiahmu menjadi bagian dari roti yang mengenyangkan dan susu yang menyelamatkan generasi Gaza.



































